Posted by: jagrag | October 30, 2007

Wah, Saya Beli Air Minum Palsu!

Sewaktu balik ke Bandung dari Mojokerto naek kereta Mutiara Selatan, saya lupa bawa bekal air minum. Jadi saya terpaksa beli air minum di dalam kereta.Harganya mahal, Rp. 5000,- untuk air mineral ukuran 1,5 liter padahal harga sebenernya ga sampe Rp. 3000,-. Laba gede nih yang jualan, apalagi kalo air mineralnya palsu, pikir saya. Tapi apa boleh buat, mahal-mahal gitu ya saya beli aja, butuh.

Air minum sudah saya dapatkan, iseng saya liat-liat kemasannya (lha wong ga ada kerjaan lain di kereta). Ada beberapa hal yang bikin saya kuatir:

  1. kemasannya agak burem;
  2. cetakan expired date sebagian telah hilang (atau dihilangkan); dan
  3. label di badan botol sepertinya di-lem asal-asalan.

WADUH, ini palsu apa ga ya?

Mau tanya ke penjualnya? ga mungkin, pasti dia jawab kalo itu asli, lagipula air minum ini udah kebeli sama saya. Ya sudah deh, diminum aja.

Saya masih ingat acara di salah satu stasiun TV yang waktu itu menginvestigasi pemalsuan air mineral. Ada beberapa cara pemalsuan yang waktu itu ditunjukkan. Cara pertama adalah dengan menyuntikkan air ke dalam botol yang kemasan dan segelnya masih utuh, namun airnya sudah berkurang (mungkin karena menguap ya?). Cara kedua adalah dengan mengisi air biasa ke dalam kemasan reuse, dilabel, dan disegel sendiri.

Cara yang pertama tentu akan menghasilkan cacat di botol, biasanya akan terdapat lubang di pangkal leher botol karena disitulah jarum disuntikkan, ini sulit dikenali karena biasanya botol masih bening, karena belum pernah di-reuse. Cara yang kedua lebih mudah dikenali dengan memperhatikan tingkat keburaman botol.

Mikir-mikir, gimana cara mencegah pemalsuan seperti ini ya?

Saya dapet ide sederhana agar pemalsuan air mineral kemasan dapat dicegah, yaitu: mencacati botol air minum kemasan yang sudah anda pakai!! Sesimpel itu. Hal ini bisa mencegah pemalsuan karena biasanya kemasan yang di-reuse adalah kemasan yang masih bagus. Mencacati botol bisa dengan cara membelah atau melipat/mencubitnya. Kalo botol terbelah pasti tidak akan bisa dipakai lagi, tapi ini cara yang repot karena dibutuhkan silet, gunting atau pisau. Cara yang kedua lebih simpel, cukup melipat/mecubit bagian tertentu dari botol tersebut (misal bahu botol) sehingga menimbulkan bekas.

Punya ide seperti itu, saya praktekkan deh sewaktu saya sudah sampe di stasiun Bandung. Air di dalam botol saya habiskan, saya cubit deh bahu botolnya, baru saya buang. Itung-itung mencegah orang berbuat dosa (memalsukan) dan mencegah orang lain dirugikan. Buat pemulung? botol itu masih bisa dipake untuk di-recycle.


Responses

  1. sempat diminum gak airnya?
    seremmmmmmmmmmmm……..

  2. @wienur
    Bukannya sempat, tapi abis bu. A wong ngelak e…


Leave a reply to jagrag Cancel reply

Categories